Mengapa pakaian pernikahan adat Jawa tidak mempunyai siger layaknya adat Sunda, Palembang, Lampung, dan lainnya?
Subscribe Today →
For exclusive Youth services Insider content.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Please briefly explain why you feel this user should be reported.
For exclusive Youth services Insider content.
Parents Helped
Each Year
Exclusive
content
Pakaian adat Jawa tidak hanya terdiri dari satu macam saja, yang pakai siger juga ada.
Jawa Timur (kecuali Pulau Madura)
2. Blitar Kartika Rukmi
3. Blitar Kresnayana
4. Bojonegoro Kebesaran
5. Mupus Braen Blambangan (Jawa & Osing Banyuwangi)
Jawa Tengah
6. Busana Dodotan atau Kampuh (baju ini ga hanya digunakan saat pernikahan saja, tapi juga biasa dikenakan saat upacara adat di keraton-keraton Kerajaan Jawa Tengah)
7. Busana Kanigaran (baju pernikahan yg biasa di pakai oleh para raja & keluarga Kasunanan Surakarta Hadiningrat). Busana ini jarang dipakai atau hampir ga dipakai oleh masyarakat pada umumnya, biasanya dipakai oleh orang-orang penting (selain Kasunanan) di Surakarta.
Daerah Istimewa Yogyakarta
8. Busana Paès Agêng
Busana yang biasa dipakai oleh keluarga Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dalam acara akad dan panggih (upacara bertemunya pengantin pria dan wanita). Dipakai juga oleh masyarakat Jawa pada umumnya di luar DIY.
9. Busana Paès Jangan Mênir
Busana paes jangan menir dipakai oleh keluarga Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dalam upacara boyongan (memboyong pengantin wanita ke kediaman pria setelah peresmian). Saat ini, busana ini dipakai oleh masyarakat umum pada upacara apapun dalam pernikahan. Bukan hanya warga Jawa Jogja saja tapi juga warga Jawa di Jawa Tengah & Jawa di Jawa Timur.
Saat berlangsungnya sungkêman
10. Busana Jogja Putri
Busana ini digunakan oleh putri keraton Yogyakarta pada upacara Sepasaran, yaitu upacara 5 harian setelah upacara Panggih.
11. Busana Kêsatrian Agêng
Busana Kesatrian Ageng bersifat semi-formal yang dipakai ketika acara resepsi atau syukuran pernikahan. Biasanya busana ini juga dipakai oleh Ngarsa Dalem dan putra-putri keraton di tanggal 20 malam bulan Maulud. Hal tersebut membuat busana ini juga disebut dengan busana Malam Selikuran.
12. Busana Kêsatrian
Busana Kesatrian bersifat semi-formal namun lebih sederhana dari busana kestarian ageng, dipakai ketika saat resepsi atau syukuran pernikahan.
13. Busana Solo Basahan