Di usia berapakah Anda menikah atau berencana untuk menikah?
Subscribe Today →
For exclusive Youth services Insider content.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Please briefly explain why you feel this user should be reported.
For exclusive Youth services Insider content.
Parents Helped
Each Year
Exclusive
content
Mungkin di usia 25–26. Ya, saya tidak peduli dengan omongan sekitar kalau memang itu terlalu tua, terlalu lama, dll. Bagi saya lebih baik terlambat menikah, tapi saya siap secara mental, finansial, dan pikiran.
Saya masih ingin mempelajari ilmu parenting atau ilmu dasar pernikahan seperti hak dan tanggung jawab seorang istri maupun suami. Bahkan saya juga ingin menyiapkan perjanjian pra nikah untuk memback up kehidupan selanjutnya (well, karena kita tidak akan pernah tau bagaimana kehidupan selanjutnya).
Saya masih ingin mengenal calon suami dengan baik, bagaimana cara dia marah, menyikapi suatu masalah, bahkan ketika ia ada di puncak kesuksesan. Karena seperti kita tahu, seorang anak tidak akan bisa memilih siapa orang tuanya , bagaimana sikapnya, pun bagaimana kondisi keluarganya kelak.
Di usia ketika saya sudah siap. Siap finansial dan mental, siap buat ngelihat wajah yang sama pas buka mata setiap pagi dan setiap malam sebelum tidur, siap buat hidup bersama dengan orang yang punya kebiasaan yang berbeda dengan saya, siap buat menghadapi tambahan masalah dihidup saya, siap untuk berbagi tanggung jawab, siap untuk menetap pada satu hati, dan siap-siap lainnya.
Nah kalau ditanya di usia berapa saya siap, ya saya ga tahu. Soalnya kesiapan itu tidak bergantung dan berpatokan pada usia.
Patokan saya menikah adalah pada kesiapan, bukan pada usia.
Saya ingin menikah di usia 25 tahun atau seminimalnya di usia 23 tahun.
Saya ingin mempersiapkan diri saya dengan baik sebelum menikah.
Banyak persiapan yang sekarang tengah saya lakukan.
Karena saya tahu menikah itu tidaklah mudah.
Butuh persiapan dari segi mental, finansial dan aspek-aspek lainnya.
Selain itu, saya juga ingin membekali diri saya dengan ilmu mengenai parenting karena saya ingin menjadi orangtua yang baik untuk anak saya kelak.
Lagipula, keluarga saya sendiri juga belum mengizinkan saya untuk menikah.
Selain karena faktor usia, kakak perempuan saya yang usianya sudah beranjak 25 tahun juga belum menikah.
Dalam adat di Indonesia, masih tabu jika seorang adik melangkahi kakaknya menikah.
Konon, katanya sang kakak akan sulit jodoh.
Walau saya sendiri tidak percaya dengan mitos tersebut.
Jadi, memang ada banyak sekali faktor yang membuat saya menunda untuk menikah.
Saya sebetulnya cukup tertarik menikah di usia muda.
Lagipula, jodoh siapa yang tahu?
Siapa tahu saja jodoh saya datang lebih cepat dari perkiraan saya, kan!
Tapi saya berharap agar jodoh saya datangnya jangan terlalu cepat.
Karena yang saya tahu usia kematangan psikis seseorang untuk menikah itu idealnya usia minimal 25 tahun bagi wanita dan 30 tahun bagi pria.
Pernikahan di usia yang lebih matang juga lebih kecil resiko bercerai dibandingkan menikah di usia yang terlalu muda.
Karena semakin dewasa usia seseorang semakin dewasa juga pemikirannya dan sudah semakin banyak pula pengalaman hidupnya.
Berbeda dengan yang masih muda yang emosinya masih labil sehingga ketika ada permasalahan dalam rumah tangga lebih rentan untuk bercerai.
*rencana awal*
“Saya mau nikah umur 24 tahun ahhhhh”
And nowww, manusia hanya bisa berencana ternyata lewat dr 24 tahun saya belum juga menikah. Tahun ini adalah tahun dimana 1/4 hidup saya di dunia yuppp 25 tahun. Tahun dimana mulai banyak pertanyaan-pertanyaan “kapan nikah” “kapan nikah” yang awal nya kdg bikin risih dan capek ngejawabnya. Awal nya juga jd sensi, tapi semakin kesini kita coba buat sabar 🥲
Tapi kdg suka ga habis pikir, kenapa si you guys seneng banget gt nanyain “kapan nikah” “kapan nikah” emg kalian yang bayarin biaya akad & resepsinya?! Kok repot banget ngurusin kapan gue nikah 🤣😅 terus ini yang selalu nanya “kapan nikah” emg mau ngamplop berapa? Wkwkwkwk udhlah guysss stop utk bertanya “kapan nikah” krn itu adalah hal pribadi dan tiap pribadi kan beda-beda utk memutuskan kapan dia nikah. Perlu banyak pertimbangan dan nikah pun cuma sekali seumur hidup jd harus di pastiin kita siap secara mental, fisik, psikologis dan finansial.
Sekian, dan terimakasih 😂😂😂😂
Salam dr aku yang belum menikah di umur 25 tahun
Saya mau Nikah di Usia 24th ( Pasang Target, wkwkwkw)
Jangan di tanya, kenapa?
Iya, karena saya sudah punya pacar. Saling cinta, Uh.
Makin cinta pokoknya. Dia memang tidak sempurna. Saya juga, lagian, mana ada manusia sempurna. Ngimpi.
Saat ini, usia sudah sangat jauh dari angka 24th.
Meskipun begitu, TUHAN memang selalu menjaga dan mencintai saya, meskipun…. Saya super duper, banyak kelemahan.
Saya sudah di titik, dimana saya PASRAH. Saya sudah melewati masa-masa menyedihkan. Trouma. Dan, iya…
Saya akhirnya, menyadari satu HAL, HIDUPLAH untuk detik ini, maka, kamu akan memiliki MASA DEPAN.
Saat saya sudah yakin, dia orangnya. Ternyata, bisa jadi, banyak segala macam rintangan, bahkan, yang menghalangi jalannya MENIKAH seseorang yang paling dekat (Ortu).
Memang, bener sih… kalo JODOH PASTI BERTEMU. Dan, saya belum menemukan jodoh.
Saya jadi INGAT, SOAL USIA DAN KEMATIAN, ITU SAJA YANG PASTI. JADI, JIKA JODOHMU BUKAN DI DUNIA, SEMOGA, DI AKHIRAT. ALLAH MAHA TAHU.
_
SEMOGA, YANG BACA BAHAGIA SELALU, AMIN
Dulu ketika saya kanak-kanak sering kali membaca cerita rasul salah satu poin nya rasul menikah umur 25 dan dari sana saya ingin menikah umur 25 tahun, ketika memasuki usia 20 an saya kok enggan nikah muda ya.. Malah ingin menikah umur 30 an fokus saya di umur 20 an ingin stable financial, karir makin bagus, belajar banyak pengembangan diri intinya saya belum ingin menikah karena melihat teman-teman saya yang sudah menikah malah meredup di karir dan bergantung pada suami nya. Saya tidak mau seperti itu, di umur 23 saya menanyakan kejelasan kepada pacar saya perihal mau dibawa kemana hubungan yang sudah berjalan cukup lama ini dia malah mencla-mencle seringnya marah ketika membahas ini. Puncaknya dia berkata “carilah pria lain jika kamu ingin cepat menikah” padahal bukan ingin cepatnya, tapi ingin melihat kesungguhannya karena dia tidak ada usaha untuk mencari kerja. Berakhirlah hubungan saya yang toxic ini, saya sangat kecewa membuang waktu percuma dengan dia akhirnya saya pasrah dan condong tidak ingin menikah dengan siapapun saya takut dikecewakan lagi.
Selang satu tahun saya nyabang disekolah yang lain, saya bertemu dengan beliau seseorang yang saya sebal ketika melihat wajahnya, karena sering dijodoh-jodohkan oleh guru yang lain, dan statusnya sebagai duda sedang saya belum pernah menikah. Benci jadi cinta memang nyata adanya, kami sering berkomunikasi lebih sering nya ngadu karena mantan pacarnya sering meneror saya padahal mereka sudah lama berakhir. Ditanggal 24.04.2024 kemarin di usia saya 25 tahun kurang 2 bulan saya menikah dengan beliau, ketika saya pasrah dengan segala jalan takdir-Nya malah saya mantap memilih beliau jadi pendamping hidup saya. Doakan kami yaaa teman-teman Quora 🖤❤
Di Usia yang baru menginjak 22 tahun saya menikah.
Tidak ada target khusus sebelumnya untuk saya menikah muda, namun percayalah ketika Tuhan sudah berkendak, Jodoh sudah bertemu, menikah menjadi mudah saja untuk dilakukan. Sat set kalau kata orang jawa hehe.
Tidak, disini saya tidak akan menyebarkan Campaign untuk menikah muda atau sebaliknya, namun jika ditanya apakah menikah di usia 22 tahun adalah hal yang saya sesali, jawabannya sama sekali tidak!
Biasaya saya memberikan jawaban dengan Tips” dan Insight sederhana, berikut adalah hal-hal yang bisa dijadikan pertimbangan untuk kamu yang ingin menikah muda :
Menikah itu pilihan, namun jodoh itu sudah di tentukan Tuhan. Mau punya target menikah di usia 25 tahun kalau Tuhan berkehendak di usia 22 tahun mau apa? Sebaliknya ada yang punya target menikah muda ternyata terwujud di usia 30-an, jangan mempersempit dunia dan segala kemungkinannya, biarlah apa yang sudah ditetapkan Tuhan berlaku pada waktu dan tempat yang tepat. Berbahagialah menjemput waktu itu 💓
Semoga bermanfaat 💛💛💛
Sejujurnya saya ga punya ambisi untuk itu. Di saat usia saya masih di bawah 25 tahun yang saya pikirkan gimana punya stable income aja atau setidaknya monthly salary yang bisa modalin saya jalan-jalan 🤣 Tapi kebetulan pada usia segitu saya sedang patah hati jadi end-up nya selalu ke hubungan yang tidak sehat tapi maksain sehat. Et ancur. Tambah lagi udah lewat usia 25 satu per satu teman main mulai berkurang karena pada udah menikah, jadi saya menyusun target setidaknya di usia sebelum 30 saya merasa harus menikah. Makin ancur. Wkwkkwkw.
Akhirnya karena udah ikhlas, jadi ga kepikiran lagi. Ngejalanin hidup yaudah ngejalanin aja, lakuin semua yang saya sukai, jadi diri saya sendiri aja tanpa terpatok sama segala macam konstruksi sosial. Intinya dah bodo amat bahkan cenderung skeptis wkwkkw
Lah malah nikah.
Di usia saya 32 tahun. Sama pasangan saya yang adalah senior dulu di kampus. Saya angkatan 2007, dia angkatan 2003. Ga pernah ngobrol dulu cuman tau-tau-an nama aja. Anjir malah nikah, padahal awal mulanya dari ga sengaja ketemu di kedai kopi terus ngobrol 😭
Btw i knw that marriage is a hard work and not always about a happy picture on insta feeds, but I feel grateful to met him. Karena saya dan suami sama-sama bukan manusia yang sempurna dan juga punya masa lalu, dan telah menyadari kekurangan masing-masing… maka kami saling terbuka, menerima dan berani untuk berkomitmen untuk menjaga satu sama lain. So this is how it feels to married when you’re really ready. Jadi pesanku, do not rush ya gaes. There is no happy ending dan bla bla bla, tenang ajaaa… toh selama masih hidup kita pasti akan terus berproses kok😊
Dulu saya berencana menikah di usia 31 tahun, tapi sudah lewat. Sekarang saya tidak punya rencana di usia berapa akan menikah. Di usia 32 tahun saja tidak ada wanita yang berminat jadi pasangan saya, jadi buat apa berpikir soal cari jodoh dan pernikahan. Lebih baik saya fokus pada rencana untuk kuliah lagi di jenjang doktoral, bikin karya akademik dan seni, pengabdian masyarakat, serta menabung agar aset tanah/properti bertambah. Hal itu lebih positif bagi pengembangan diri saya agar berguna bagi negara, nusa, dan bangsa dibandingkan mengalokasikan waktu mendekati perempuan yang hasilnya hanya akan ditolak karena alasan “maaf kamu terlalu tidak gud luking buat aku“.
Orang seperti saya memang tidak menarik di mata lawan jenis North Australia. Jadi merencanakan untuk menikah di usia tertentu sama saja dengan membuang waktu yang seharusnya diisi kerja karya produktif kreatif. Oleh sebab itu akhir hidup saya paling juga akan bernasib sama seperti Plato, Nietzsche, Beethoven, Tesla, Kant, Chopin, Newton, dan kawan-kawan lainnya yang tidak menikah dan juga tidak punya keturunan. Banyak orang Utara Australia yang memang lebih pantas menikah dan punya keturunan dibandingkan saya.